Jumat, 30 Mei 2014

Bisakah Persahabatan Kita Tak Putus (lagi)?

Pikiran-pikiran ini terus menggelayuti benakku

Begini!
Aku memiliki seorang sahabat ya yang namanya sahabat pasti kami sangat dekat, dia adalah sosok pria yang sangat mengerti aku, mempedulikan aku, memahami aku, sosok sahabat yang selalu ada disaat aku butuhkan, bahkan disaat tak aku butuhkan dia selalu ada untukku ya begitulah kami saling melengkapi aku yang pemarah dia yang penyabar, kami adalah sahabat bahkan bagiku dia sosok sahabat yang terlalu istimewa.
Suatu ketika dia memiliki seorang kekasih, aku senang sahabatku memiliki kekasih yang memang sudah ia sukai sejak kelas 1 SMA aku turut bahagia untuknya, sampai pada akhirnya kebahagiaanku memudar berganti menjadi kesedihan. Sejak ia memiliki kekasih itu lah kami tak pernah saling berkomunikasi, kami saling berhadapan tapi tak pernah saling sapa seperti orang yang tak kenal, begitulah kami dalam waktu yang cukup lama dan aku berusaha memahami untuk setia menunggu sahabatku kembali untuk sekedar menghampiri menanyakan “apa kabar?” aku mencoba memahami situasi untuk tak merusak kebahagiaannya, berusaha untuk tak muncul dihadapannya dan tak membuat kekasihnya marah! Aku mencoba memahami sampai aku lupa kami pernah berbagi canda!
Dan kesetiaanku menunggu tak sia-sia, dia kembali menjadi sahabatku seperti dulu lagi bahkan jauh lebih baik sejujurnya aku senang mereka berpisah tapi ada kalanya sebagai seorang wanita aku juga merasa tidak enak dengan mantan kekasihnya tapi mau bagaimana lagi?
Persahabatan kami semakin erat dan semakin erat sampai aku tak rela jika harus kehilangan sosok sahabatku lagi!

Dan ini yang mengganggu benakku
Bagaimana jika dia memiliki kekasih atau kembali dengan kekasihnya yang dulu yang sempat membuat kami saling berjauhan?
Bagaimana jika hal itu terjadi?
Haruskah aku yang memahaminya lagi dan menghilang seperti dulu sampai dia yang kembali mencariku?
Haruskah aku menghilang benar-benar menghilang sampai dia tak dapat bertemu denganku?
Atau haruskah kekasihnya yang menerima keadaan kami sebagai sahabat yang tak dapat dipisahkan? Haruskah kekasihnya yang memahami kami? Bisakah? Bisakah kekasihnya menerima keadaan seperti ini?


Atau aku yang mengalah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar