Pikiran-pikiran ini terus menggelayuti benakku
Begini!
Aku memiliki seorang
sahabat ya yang namanya sahabat pasti kami sangat dekat, dia adalah sosok pria yang
sangat mengerti aku, mempedulikan aku, memahami aku, sosok sahabat yang selalu
ada disaat aku butuhkan, bahkan disaat tak aku butuhkan dia selalu ada untukku
ya begitulah kami saling melengkapi aku yang pemarah dia yang penyabar, kami
adalah sahabat bahkan bagiku dia sosok sahabat yang terlalu istimewa.
Suatu ketika dia
memiliki seorang kekasih, aku senang sahabatku memiliki kekasih yang memang
sudah ia sukai sejak kelas 1 SMA aku turut bahagia untuknya, sampai pada
akhirnya kebahagiaanku memudar berganti menjadi kesedihan. Sejak ia memiliki
kekasih itu lah kami tak pernah saling berkomunikasi, kami saling berhadapan
tapi tak pernah saling sapa seperti orang yang tak kenal, begitulah kami dalam
waktu yang cukup lama dan aku berusaha memahami untuk setia menunggu sahabatku
kembali untuk sekedar menghampiri menanyakan “apa kabar?” aku mencoba memahami
situasi untuk tak merusak kebahagiaannya, berusaha untuk tak muncul
dihadapannya dan tak membuat kekasihnya marah! Aku mencoba memahami sampai aku
lupa kami pernah berbagi canda!
Dan kesetiaanku
menunggu tak sia-sia, dia kembali menjadi sahabatku seperti dulu lagi bahkan
jauh lebih baik sejujurnya aku senang mereka berpisah tapi ada kalanya sebagai
seorang wanita aku juga merasa tidak enak dengan mantan kekasihnya tapi mau
bagaimana lagi?
Persahabatan kami
semakin erat dan semakin erat sampai aku tak rela jika harus kehilangan sosok
sahabatku lagi!
Dan ini yang mengganggu
benakku
Bagaimana jika dia
memiliki kekasih atau kembali dengan kekasihnya yang dulu yang sempat membuat kami
saling berjauhan?
Bagaimana jika hal itu
terjadi?
Haruskah aku yang
memahaminya lagi dan menghilang seperti dulu sampai dia yang kembali mencariku?
Haruskah aku menghilang
benar-benar menghilang sampai dia tak dapat bertemu denganku?
Atau haruskah
kekasihnya yang menerima keadaan kami sebagai sahabat yang tak dapat
dipisahkan? Haruskah kekasihnya yang memahami kami? Bisakah? Bisakah kekasihnya
menerima keadaan seperti ini?
Atau aku yang mengalah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar